Hijab Syar’i I’m in Love
Hijab Syar’i I’m in Love..
Bismillahirrahmanirahim
Ini adalah kisah titik balik tahapan selanjutnya dalam kehidupanku, sebuah proses yang tentunya membuatku belajar untuk memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi di hadapan Allah SWT.
Aku percaya akan adanya sebuah proses kehidupan, disetiap waktu seorang manusia akan menjalani tahapan kehidupan dan di setiap tahapan itu akan ada titik balik yang membuat kita tersadar, berpikir lalu memperbaikinya. Ada kelas-kelas titik baik tergantung tahapan dan sudah sejauh apa proses kehidupannya karena untuk menjadi seorang pribadi terbaik di mata Allah butuh waktu, proses dan hidayah. Waktu biarkan berputar, proses akan terus berjalan dan hidayah marilah kita mencarinya.
Ada beberapa titik balik dalam kehidupanku yang pertama saat aku duduk di bangku SMA, saat itu aku mengikuti sebuah pelatihan training ESQ tepat disaat aku dirundung berbagai kesedihan, dari situ aku banyak berpikir dan merenung akan banyaknya kesalahan dalam hidup, kurangnya rasa syukur dan kurang dekatnya aku pada Allah SWT. Lalu aku terus berubah memperbaiki diri dan terus memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan mendekatkan diri pada-Nya. Aku lebih banyak menjalankan puasa senin kamis, sholat dhuha, sholat tahajud sehingga aku merasa sholat wajib adalah sebuah kebutuhan dan ibadah sunnah adalah suplemen jadi ketika aku ingin “sehat” aku harus rajin mengkonsumsi suplemen itu.
Titik balik yang kedua adalah ketika aku “terpaksa” menempuh pendidikan kedokteran di kota asing yang baru pertama kali ku datangi dan tak kuingini yakni Yogyakarta, dimana tak ada seorangpun keluarga dan sahabat yang menemaniku disana. Masa itu adalah salah satu periode terberat untukku, karena aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga yang tak terbiasa hidup terpisah jauh seorang diri. Tentunya bukan hal yang mudah belajar hidup mandiri di kota besar, pasti banyak rintangan dan cobaan. Dari situ aku banyak berpikir dan merenung lalu aku memutuskan untuk berjilbab atas niat dan keinginanku sendiri. Kenapa atas niat dan keinginanku sendiri? Keluargaku adalah keluarga yang agamis, background keluargaku yang santri pondok pesantren memang menamkan nilai keagamaan yang cukup untuk anak-anaknya, bahkan sejak akil balig akupun sudah diwajibkan mengenakan jilbab tapi belum sempurna dan orang tuaku membebaskan aku kapanpun siap mengenakan jilbab secara sempurna atas keinginanku sendiri. Dengan memantapkan hati karena Allah, Bismillah, aku berniat mengenakan penutup aurat ini agar Allah selalu menjaga hati dan fisikku dari kehidupan dunia yang fana ini.
Titik balik terakhir yang baru saja aku alami adalah ketika ada beberapa hal yang terjadi secara berturut-turut. Berawal dari sebuah tawaran mengisi materi tentang kecantikan muslimah, aku bertanya apa alasan mereka mempercayakanku memberikan materi berat tersebut? Mereka berkata karena aku adalah seorang model muslimah yang juga aktif mengisi materi di bidang organisasi, kegiatan sosial dan pers mahasiswa kedokteran. Aku bertanya lagi, bukankah aku hanya seorang model muslimah yang hanya memperagakan baju muslimah dan beberapa materi yang biasa aku sampaikan tidak ada kaitannya dengan kecantikan muslimah?. Lalu dia hanya terdiam, akupun menolaknya dengan alasan belum pantas untuk menyampaikannya dan ingin belajar terlebih dahulu.
Astagfirullahalazim, seperti teguran keras untukku lewat apa yang aku miliki sekarang, bagaimana mungkin ada kalangan yang mempercayaiku sejauh itu namun ternyata aku sendiri belum bisa mempertanggungjawabkannya. Aku mencoba berkonsultasi dengan beberapa ustadz dan membaca berbagai buku islam tentang bagaimana sebenarnya kriteria wanita muslimah beserta tauladan yang disiapkan Allah untuk kita contoh. Berikut sedikit aku simpulkan, Wanita muslimah adalah wanita yang beriman bahwa Allah Subhaanahu wata’ala adalah Rabbnya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi-Nya, serta islam pedoman hidupnya. Semuanya nampak jelas dalam perkataan, perbuatan, dan amalannya. Wanita muslimah Selanjutnya adalah yang menjaga sholat lima waktu beserta wudhunya, “Tidak ada sesuatupun yang melalaikan dari beribadah kepada Allah Subhanallahu wata’ala sehingga nampak jelas padanya buah sholat itu”. Lalu wanita muslimah yang menjaga menjaga hijabnya secara syar’i dengan rasa senang hati. Wanita muslimah juga wanita yang menjaga kepatuhan dan kesuciannya kelak untuk suaminya, menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya dan mendidiknya untuk beribadah kepada Allah SWT dll. Semuanya telah dicontohkan Allah kepada seluruh wanita di dunia lewat kisah Aisyah seorang istri Rasulullah SAW yang dalam usianya muda namun bisa meriwayatkan banyak hadist, menguasai ilmu di berbagai bidang, dan selalu menjaga ketaatannya kepada suami dan Allah SWT; lewat kisah Khadijjah istri Rasulullah SAW yang pertama kali mengimani kenabian suaminya, golongan pertama yang memeluk agama Islam, yang membelanjakan banyak hartanya untuk dakwah di jalan Allah dan senantiasa beriman kepada Allah; juga lewat kisah Maryam yang disucikan oleh Allah untuk ikhlas beribadah kepada-Nya. Subhanallah, betapa apa yang baru saja saya pelajari sangat mengetuk pintu hati saya.
Kejadian kedua adalah saat aku sedang tampil fashion show, aku dipilihkan baju muslimah trendy yang menggunakan legging namun dilapisi rok berempel sampai betis, kemudian aku ditegur karena bajunya yang terlalu ketat dan itu ditegur oleh salah satu guru muslimah yang kebetulan menyaksikan fashion show tersebut, lalu diberi nasihat dan petuah. Walaupun tidak semua designer membuat baju muslimah secara syar’i tapi model muslimah harus punya prinsip dan trik cerdas untuk mengkreasikannya agar syar’i. Subhanallah, PR besar yang menjadi renungan dan harus lebih kupelajari dengan baik.
Kejadian ketiga adalah saat aku berlibur bersama keluarga ke luar negeri, Singapore, Kuala Lumpur dan Thailand. Dibenakku atau mungkin dibenak seluruh remaja muslimah adalah bagaimana agar kita berjilbab tetapi tetap trendy, karena menyesuaikan style baju di luar negeri akhirnya secara tidak sengaja sebenarnya aku mengenakan baju yang sedikit ketat dan terkesan membentuk tubuh juga style jilbab yang sedang trendy sekarang, lalu saat itu aku sedang sholat di “National Mosque of Malaysia” disitu ditegur oleh salah seorang ibu dengan bahasa melayu, “Nak, pakainmu nak terlalu ketat padahal nak pakai jilbab”, Astagfirullahalazim disitu ada rasa malu luar biasa dan perasaan sangat tidak enak, lalu di masjid itu aku perbanyak berzikir dan minta ampun atas segala kesalahanku. Subhanallah, setelah merenung cukup lama di masjid, ada sebuah kesejukan di hatiku untuk berjilbab secara syar’i.
Kejadian terakhir penutup keyakinanku adalah komentar tentang foto bajuku di luar negeri itu, salah seorang temanku berkata, “Cantik sekali memang, tapi sayang pakaiannya kurang syar’i”. Astagfirullahalazim, seperti melengkapi teguran-teguranku sebelumnya, ini adalah yang kuharap terakhir meyakiniku untuk berjilbab secara syar’i. Walaupun tak bisa kupungkiri masih ada keraguan di dalamnya akan takut tidak trendy lagi dengan jilbab yang lebih besar, takut di cemooh dan berbagai keraguan manusia yang terkadang aneh seperti Allah takkan menolong. Aku coba bercermin, mengambil pasmina yang lebar yang pernah dibelikan ibu untukku, mulai belajar tutorial menggunakan jilbab yang menutupi dada namun tetap bisa tampak trendy. Subhanallah, banyak kemudahan saat aku mempelajarinya, seperti Allah menuntunku dengan penuh kasih sayang.
Dari berbagai kejadian itu aku merenung, berpikir lalu mulai memperbaikinya. Sebuah titik balik yang membuatku tersadar betapa Allah sangat menyayangi hamba wanitanya dengan diperintahkan menutup aurat secara benar agar bisa menjaganya dari kehidupan dunia yang hanya sementara ini. Dengan Bismillahirrahmanirrahim, “Hijab I’m in Love” dan telah aku putuskan untuk mengenakanmu secara syar’i dengan benar sebagaimana Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)
Subhanallah, semoga Allah senantiasa mengistiqomahkan hatiku untuk berjilbab syar’i dan menuntunku menjadi manusia yang lebih baik. Dan jilbab syar’i pertamaku aku gunakan di depan umum saat acara Syukuran Dokter Muda FK UII di panti Asuhan Al-Hikmah, Yogyakarta, insyaallah akan mejadi penjaga selamanya. Amin.
“Hidayah memang diberikan oleh Allah SWT sebagai hadiah untuk hambanya agar menjadi lebih baik, namun terkadang hidayah harus kita cari, kita pelajari untuk memahami makna dan hikmah dari sebuah perjalanan untuk menjadi hamba yang lebih baik”. 
0 komentar:
Posting Komentar